Pemikiran seorang Karl Marx

Jangan kurang ingat membaca postingan tentang bisnis di
Data bisnis terbaik 2020.


I. Materialisme Historis

Materialisme Historis ialah sebutan yang sangat bermanfaat buat berikan nama pada asumsi- asumsi dasar menganai teorinya. Dari The Communist Manifesto serta Das Kapital, dimana penekanan Marx merupakan pada kebutuhan materil serta perjuangan kelas selaku akibat dari usaha- usaha penuhi kebutuhan- kebutuhan. Bagi pemikiran ini, ide- ide serta pemahaman manusia tidak lain daripada refleksi yang salah tentang kondisi- kondisi materil. Atensi ini dipusatkan Marx selaku uasaha Marx buat tingkatkan rvolusi sosialis sehingga kalangan proletariat bisa menikmati sebagian besar kelimpahan materil yang dihasilkan oleh industrialisme.

Bagi Marx, sesuatu uraian ilmiah yang bisa diterima tentang indikasi sosial menuntut sang ilmuwan buat mengambil perilaku yang benar terhadap hakikat kasus itu. perihal ini mencakupi pengakuan kalau manusia tidak cuma hanya organisme materil, kebalikannya manusia mempunyai pemahaman diri. Dimana, mereka mempunyai sesuatu pemahaman subyektif tentang dirinya sendiri serta situasi- situasi materialnya.

Uraian Marx pada Materialistis tentang pergantian sejarah, diterapkan pada pola- pola pergantian sejarah yang luas, penekanan materialistis ini berpusat pada perubahan- perubahan metode ataupun teknik- teknik penciptaan materil selaku sumber utama pergantian sosial budaya. Dalam The German Ideology Marx menampilkan kalau manusia menghasilkan sejarahnya sendiri sepanjang mereka berjuang mengalami area materilnya serta ikut serta dalam hubungan- hubungan sosial yang terbatas dalam proses- proses ini. Namun keahlian manusia buat membuat sejarahnya sendiri, dibatasi oleh kondisi area materil serta sosial yang telah terdapat. Ketegangan- ketegangan yang khas serta kontradiksi- kontradiksi yang menonjol hendak berbeda- beda bagi sesi sejarahnya dan pertumbuhan materil sosialnya. Namun dalam seluruh sesi, perjuangan orang dalam kelas- kelas yang berbeda buat mengalami area materil serta sosialnya yang spesial supaya dapat senantiasa hidup serta penuhi kebutuhan- kebutuhannya, ialah sumber utama pergantian buat sesi berikutnya

Marx mengandaikan kalau pemilikan daya- daya penciptaan warga secara komunal serta sesuatu distribusi yang lebih menyeluruh yang didasarkan pada kebutuhan manusia, bukan kerakusan borjuis.

II. Infrastruktur Ekonomi serta Superstruktur Sosio Budaya

Marx berulang- ulang menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi, jenis analisa yang sama berlaku buat pembelajaran, agama, keluarga, serta seluruh institusi sosial yang lain. Sama halnya dengan kebudayaan sesuatu warga, tercantum standar- standar moralitasnya, kepercayaan- kepercayaan agama, sistem- sistem filsafat, pandangan hidup politik, serta pola- pola seni dan kreativitas sastra pula mencerminkan pengalaman hidup yang riil dari orang- orang dalam hubungan- hubungan ekonomi mereka. ikatan antara infrastruktur ekonomi serta superstruktur budaya serta struktur sosial yang dibentuk atas dasar itu ialah akibat langsung yang normal dari peran materialisme historis. Menyesuaikan diri manusia terhadap area materilnya senantiasa lewat hubungan- hubungan ekonomi tertentu, serta hubungan- hubungan ini sedemikian meresapnya sampai seluruh hubungan- hubungan sosial yang lain serta pula bentuk- bentuk pemahaman, dibangun oleh ikatan ekonomi itu.

Menimpa determinisme ekonomi Marx tidak menarangkan secara tidak berubah- ubah, sekalipun ekonomi ialah dasar segala sistem sosio budaya, institusi- institusi lain bisa mendapatkan otonomi dalam batasan tertentu, serta malah memperlihatkan pengaruh tertentu pada struktur ekonomi. Pada kesimpulannya struktur ekonomi itu bergantung terhadapnya.

III. Aktivitas serta Alienasi

Inti segala teori Marx merupakan proposisi kalau kelangsungan hidup manusia dan pemenuhan kebutuhannya bergantung pada aktivitas produktif di mana secara aktif orang ikut serta dalam mengganti area alamnya. Tetapi, aktivitas produktif itu memiliki akibat yang paradoks serta ironis, sebab begitu orang mencurahkan tenaga kreatifnya itu dalam aktivitas produktif, hingga bahan- bahan aktivitas ini mempunyai watak selaku barang obyektif yang terlepas dari manusia yang buatnya.

Tentang alienasi bagi Marx ialah akibat dari hilangnya kontrol orang atas aktivitas kreatifnya sendiri serta penciptaan yang dihasilkannya. Pekerjaan dirasakan selaku sesuatu keharusan buat hanya bertahan hidup serta tidak selaku perlengkapan untuk manusia buat meningkatkan keahlian kreatifnya. Alienasi menempel dalam tiap sistem pembagian kerja serta pemilikan individu, namun wujudnya yang sangat ekstrem terdapat di dalam kapitalisme, dimana mekanisme pasar yang impersonal itu, merendahkan kodrat manusia jadi komoditi, dilihat selaku satu statment hukum alam serta kebebasan manusia. wujud ekstrem alienasi itu ialah akibt dari perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya.

Marx menekankan kalau alienasi kelihatannya betul- betul tidak bisa dielakkan dalam pemikiran menimpa kodrat manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia menuangkan kemampuan manusiawinya yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak, bahan- bahan aktivitas kreatifnya itu jadi barang yang terletak di luar kontrol manusia yang menciptakannya yang membatasi kreativitas mereka berikutnya.

Untuk Marx alienasi hendak berakhir, apabila manusia sanggup buat mengatakan secara utuh dalam kegiatannya buat mereka sendiri, sehingga ekspolitasi serta penindasan tidak menjangkiti manusia lagi.

IV Kelas Sosial, Pemahaman Kelas, serta Pergantian Sosial

Salah satu kontradiksi yang sangat mendalam serta luas yang menempel dalam tiap masyarakt di mana terdapat pembagian kerja serta pemilikan individu merupakan pertentangan antara kepentingan- kepentingan materil dalam kelas- kelas sosial yang berbeda. Marx memanglah bukan orang awal yang menmukan konsep kelas, tetapi bagi Marx pembagian kelas dalam warga merupakan pembagian antara kelas- kelas yang berbeda, aspek yang sangat berarti pengaruhi style hidup serta pemahaman orang merupakan posisi kelas. Ketegangan konflik yang sangat besar dalam warga, tersembunyi ataupun terbuka merupakan yang terjalin antar kelas yang berbeda, serta salah satu sumber pergantian sosial yang sangat jitu merupakan timbul dari kemenangan satu kelas lawan kelas yang lain.

Marx berpikiran kalau pemilikan ataupun kontrol atas perlengkapan penciptaan ialah dasar utama untuk kelas- kelas sosial dalam seluruh jenis warga, dari warga yang primitif hingga pada kapitalisme modern.

Menimpa konsep kelas Marx, mengidentifikasikan 3 kelas utama dalam warga kapitalis, ialah buruh upahan, kapitalis, serta owner tanah. Kelas tersebut dibedakan bersumber pada pemasukan pokok ialah upah, keuntungan, sewa tanah buat masing- masinnya. Berikutnya Marx pula melaksanakan pembedaan antara ukuran obyektif serta subyektif antara kepentingan kelas. Pemahaman kelas ialah satu pemahaman subyektif hendak kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang- orang lain dalam posisi yang seragam dalam sistem penciptaan. Konsep“ kepentingan” mengacu pada sumber- sumber materil yang aktual yang dibutuhkan kelas buat penuhi kebutuhan ataupun kemauan orang. Minimnya pemahaman penuh hendak kepentingan kelas sangat berhubungan dengan penerimaan yang tumbuh buat menunjang kelas dominan serta struktur sosial yang terdapat. Pengaruh pandangan hidup inilah yang menimbulkan“ pemahaman palsu”.

Apabila nanti terjalin krisis ekonomi dalam sistem kapitalis, bagi Marx hendak menarangkan kalau kontradiksi- kontradiksi internal dalam kapitalisme hendak menggapai puncak gawatnya serta telah datang waktunya untuk kalangan proletar buat melancarkan sesuatu revolusi yang berhasil

VI Kritik Terhadap Warga Kapitalis

Bagi Marx dalam Das kapital, dia menekankan kalau buat mengatakan dinamika- dinamika yang mendasar dalam sistem kapitalis selaku sistem yang bekerja secara aktual, yang bertentangan dengan tipe yang diberikan oleh para pakar ekonomi politik sangat bertabiat naif.

Marx menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar sesuatu komoditi didetetapkan oleh jumlah tenaga kerja yang menciptakan penciptaan itu. nilai ialah aspek utama menetukan harga komoditi.

Gagasan Marx dalam perihal ini berikutnya diketahui dengan sebutan“ surplus Value” ataupun teori nilai lebih ialah pertukaran yang tidak sepadan antara nilai gunakan serta nilai ubah. Dalam perihal ini keuntungan yanng lebih besar dipunyai oleh para kapitalis, serta buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yng sudah dihasilkannya selaku tenaga kerja.

Kala Marx hidup waktu Di Eropa lagi terjalin revolusi industri, kemudian dalam perihal ini Marx melaksanakan kritik atas perluasan kapitaslis serta korelasinya dengan krisis ekonomi. Bagi marx pemakaian mesin baru yang hemat buruh merusakkan penyeimbang antara keahlian produktif serta permintaan, serta sebab itu memesatkan krisis ekonomi. Tidak hanya itu pula bagi marx eskpansi Kapitalis hendak membuat individu- individu terus menjadi teralienasi. Serta paradoks atas kapitalisme hendak timbul. Sumber: Pristality

Subscribe to receive free email updates: